Jurnal Epidemiologi Indonesia Vol 4, No 3 (). Prevalensi dan Faktor Resiko Asma Bronkial pada Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertaina. Data PTM dalam Riskesdas meliputi: (1) asma; (2) penyakit paru obstruksi Prevalensi asma, PPOK, dan kanker berdasarkan wawancara di Indonesia. Table 6. Phase I ISAAC Study in Indonesia, Age Group Years. Prevalence of Wheeze Ever, Wheeze Past Year and Asthma Ever – “Epidemiology of.
Author: | Tubei Ferg |
Country: | Indonesia |
Language: | English (Spanish) |
Genre: | Technology |
Published (Last): | 20 August 2012 |
Pages: | 90 |
PDF File Size: | 8.81 Mb |
ePub File Size: | 3.77 Mb |
ISBN: | 419-6-44204-968-7 |
Downloads: | 91594 |
Price: | Free* [*Free Regsitration Required] |
Uploader: | Malazragore |
Thank you for interesting in our services. We are a non-profit group that run this website to share documents. We need your help to maintenance this website. Please help us to share our service with your friends.
Dzicky Rifqi Fuady Category: Tiara Paramita Poernomo, Sp. Margono Soekarjo Purwokerto telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal Maret Disusun oleh: Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma GINA pada tahun dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian yang terus meningkat hingga Data World Health Organization WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus meningkat dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju.
Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya Rengganis, Penyakit asma masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia.
Pada tahun Survei Kesehatan Rumah Tangga mencatat Melihat epidemiologi asma saat ini, tenaga kesehatan perlu mempelajari lebih dalam lagi tentang penyakit ini sesuai panduan terbaru. Definisi Asma adalah penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan inflamasi jalan nafas kronik. Asma ditandai dengan riwayat gejala saluran pernapasan seperti wheezing, dispneu, dada terasa berat, dan batuk yang bervariasi diantara waktu dan intensitas, berasa dengan hambatan jalan nafas ekspirasi yang bervariasi.
Variasi yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor misalnya olahraga, papatan alergen atau iritan, perubahan cuaca, atau infeksi viral pernapasan GINA, Gejala terbatasnya jalan nafas dapat sembuh secara spontan dengan pengobatan dan dapat menghilang selama beberapa minggu atau bulan.
Di sisi lain, pasien juga dapat mengalami beberapa periode serangan eksaserbasi asma yang dapat mengancam nyawa dan dapat memberikan beban yang signifikan bagi pasien dan komunitas. Asma biasanya dikaitkan dengan hiperesponsivitas jalan napas karena stimulus langsung dan tidak langsung, dan dengan inflamasi jalan nafas kronik.
Karakteristik tersebut biasanya selalu ada, walapun tidak ada gejala dan fungsi paru normal, dan akan membaik dengan terapi GINA, Klasifikasi Asma adalah penyakit yang heterogen dengan berbagai proses penyebab. Karakteristik demografis, klinis atau patofisiologis disebut sebagai fenotipe asma.
Berikut ini adalah beberapa fenotipe asma Bel, ; Moore, ; Wenzel, Asma alergika Asma ini adalah asma yang paling mudah dikenali, yang biasanya muncul pada anak-anak dengan riwayat alergi sebelumnya misalnya rhinitis alergi, eczema atau alergi makanan.
Pemeriksaan sputum pada pasien tersebut sebelum terapi kadang menemukan inflamasi jalan nafas eosinofilik. Pasien dengan asma tipe ini biasanya berespon baik terhadap terapi kortikosteroid inhalasi. Asma non-alergika 4 Asma ini terjadi pada sebagian orang dewasa dengan ciri sputumnya dapat ditemui neutrophil, eosinophil, atau hanya mengandung beberapa sel inflamasi.
Asma jenis ini tidak berespon baik terhadap kortikosteroid inhalasi. Asma onset lambat Beberapa orang dewasa, terutama wanita, mengalami asma pertama kali pada saat dewasa, biasanya non alergika, dan membutuhkan dosis kortikosteroid inhalasi yang lebih tinggi 4.
Asma dengan hambatan jalan nafas paten Asma ini disebabkan diduga karena remodeling jalan nafas 5. Asma dengan obesitas Beberapa pasien obesitas dengan asma memiliki gejala pernapasan yang sangat menonjol dan epdiemiologi inflamasi jalan nafas eosinofilik C. Pasien dengan minimal 1 faktor risiko eksaserbasi 2. Minimal 1 periode eksaserbasi berat di tahun terakhir 3. Paparan tembakau dan rokok 4.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan pada pasien asma seringkali normal. Abnormalitas yang paling sering adalah wheezing ekspiratorik ronkhi pada auskultasi, tapi kadang tidak terdengar atau hanya terdengar pada ekspirasi kuat yang dipaksa. Wheezing juga bisa tidak ditemukan pada asma eksaserbasi berat, karena penurunan aluran udara yang sangat hebat silent chestakan tetapi biasanya tanda-tanda patologis lain muncul.
Wheezing juga bisa ditemukan pada disfungsi jalan nafas atas, misalnya pada PPOK, infeksi saluran nafas, trakeomalasia, atau corpus alienum. Crackles atau wheezing inspiratorik bukan karakteristik asma.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan hidung untuk menemukan adanya rinitis alergi atau polip nasal GINA, Spirometri 15 Fungsi normal paru diukur dengan spirometri. Variabilitas adalah perbaikan atau perbukurukan gejala dan fugnsi paru. Variabilitas berlebihan dapat ditemukan dari waktu ke waktu dalam satu hari variasi diurnaldari hari ke hari, musiman, atau dari sebuah tes reversibilitas.
Reversibilitas adalah perbaikan FEV1 atau PEF secara cepat setelah penggunaan bronkodilator kerja cepat seperti mikrogram salbutamol, atau peningkatan yang konsisten hari ke hari sampai minggu ke minggu setelah diberikan terapi kendali asma misanya dengan intranasal corticosteroid ICS. Akan tetapi, jika FEV1 tetap dalam batas normal saat pasien sedang mengalami gejala asma, maka kemungkinannya kecil bahwa kemungkinan penyakitnya adalah asma.
Tes provokasi bronkus Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa hiperesponsivitas jalan nafas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan latihan inhalasi metakolin dan histamin, hiperventilasi eukapnik volunter atau manitol inhalasi. Tes ini cukup sensitif untuk diagnosis asma tapi kurang spesifik, karena bisa terjadi karena penyakit lain, misalnya rinitis alergika, fibrosis kistik, displasia bronkopulmoner, dan PPOK.
Jadi, hasil negatif pada pasien yang tidak mengonsumsi ICS dapat 16 mengeksklusi asma, akan tetapi hasil positif tidak selalu menandakan bahwa penyakit tersebut adalah asma, sehingga anamnesis perlu diperhatikan GINA, Tes alergi Riwayat atopi meningkatkan bronkail pasien dengan gejala pernapasan menderita asma alergika tapi hal ini tidak spesifik.
Riwayat atopik dapat diperiksa dengan skin prick test dan pengukuran serum IgE. Skin prick test dengan bahan yang mudah ditemui di lingkungan sekitar adalah tes yang cepat, murah, dan sensitif jika dikerjakan secara standar.
Pengukuran sIgE tidak lebih sensitif dari skin prick test tapi lebih mahal dan digunakan untuk pasien dengan pasien tidak kooperatif. Akan tetapi, jika skin prick test dan pengukuran sIgE positif, hal ini tidak selalu menghasilkan gejala, karena itu perlu anamnesis yang cermat GINA, FENO dapat meningkat pada asma eosinofilik dan pada keadaan non asma misalnya rinits alergi, dan belum dipastikan bermanfaat untuk diagnosis asma.
FENO menurun pada dpidemiologi dan saat terjadi bronkokonstriksi, dan meningkata jika terjadi infeksi pernafasan viral.
Penegakkan Diagnosis Pada Kondisi Khusus 1. Pasien hanya dengan gejala batuk Pada kondisi ini, perlu dipikirkan cough variant asthma, batuk yang diinduksi terapi ACEI, GERD, chronic upper airway cough syndrome, sinusitis kronik dan disfungsi pita suara. Pasien dengan cough variant asthma memiliki gejala utama batuk kronik, jika tidak, mungkin gejala tersebut terkait dengan hiperresponsivitas. Hal ini paling sering terjadi pada anak-anak dan memberat saat malam hari dengan fungsi paru normal.
Untuk pasien ini, penting untuk dicatat variablitis fungsi paru. Penyakit cough variant asthma harus dibedakan dengan bronkitis eosinofilik pada 17 pasien yang batuk, hasil pemeriksaan sputum didapatkan eosinophil akan tetapi fungsi paru dan responsitivitas jalan nafas normal GINA, Asma epidemiologl pekerjaan Asma jenis ini seringkali terlewat.
Asma jenis ini diinduksi dan diperberat oleh adanya paparan brokial atau agen sensitizer di lingkungan kerja, kadang paparan bersifat tunggal, kadang masif. Rhinitis okupasional biasanya mendahului asma beberapa tahun sebelum asma, dan paparan yang berlanjut terkait dengan prognosis yang lebih buruk GINA, Asma dengan onset pada usia dewasa memerlukan anamnesis yang cermat pada riwayat pekerjaan, paparan allergen, hronkial hobi.
Perlu ditanyakan tentang apakah keluhan membaik jika pasien saati tidak bekerja. Pertanyaan tersebut penting dan mengarahkan kepada anjuran agar pasien mengganti tempat kerja atau pekerjaannya, yang tentunya akan berpengaruh pada aspek sosioekonomis pasien. Pada kondisi ini perujukan ke dokter spesialis penting, dan monitoring PEF di tempat kerja dan jauh dari tempat kerja perlu dilakukan GINA, Atlet Diagnosis pada atlet harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan fungsi paru, biasanya dengan uji provokasi bronkus.
Kondisi yang mirip dengan asma, misalnya fpidemiologi, penyakit laring misal: Wanita hamil Wanita hamil atau wanita yang merencanakan hamil harus ditanyai mengenai riwayat asma dan diberikan edukasi tentang asma. Jika pemeriksaan objektif perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis, tidak dianjurkan untuk melakukan uji provokasi bronkus atau untuk menurunkan terapi controller sampai selesai persalinan GINA, Orang berusia tua Asma seringkali tidak terdiagnosis pada orang tua, karena persepsi orang tua tentang keterbatasan jalan nafas yang berkurang, anggapan bahwa sesak nafas adalah hal yang wajar, jarang olahraga dan kurang nya aktivitas.
Epidemiology of asthma in Indonesia.
Keberadaan penyakit penyerta juga turut mempersulit diagnosis. Keluhan mengi, sesak nafas, dan batuk yang memberat dengan olahraga atau memberat saat malam juga bisa disebabkan oleh adanya penyakit 18 jantung atau kegagalan ventrikel kiri. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat, ditambah dengna pemeriksaan EKG dan foto thorax dapat membantu diagnosis.
Pemeriksaan brain natriuretic polypeptide BNP dan pemeriksaan fungsi jantung dengan ekokardiografi juga dapat membantu.
Table 6 from Epidemiology of asthma in Indonesia. – Semantic Scholar
Kapasitas difusi yang rendah biasanya ditemukan pada Asma. Riwayat penyakit dan pola gejala di masa lalu bisa membantu diagnosis. Ketidakpastian diagnosis membuat pasien dengan kondisi ini perlu dirujuk karena terkait dengan prognosis yang lebih buruk GINA, Pasien yang pernah menjalani terapi controller Jika diagnosis asma belum ditegakkan, konfirmasi diagnosis perlu dilakukan. Konfirmasi diagnosis asma tergantung pada gejala dan fungsi paru. Pada beberapa pasien, bisa disertakan percobaan untuk menurunkan atau menaikkan dosis controller.
Jika diagnosis tetap tidak bisa ditegakkan, maka perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi GINA, Pasien obesitas Asma lebih sering ditemukan pada pasien dengan obesitas, gejala respiratorik yang terkait dengan obesitas dapat menyerupai asma.
Pada pasien obes dengan adanya dispneu saat aktivitas, perlu dikonfirmasi diagnosis dengan pemeriksaan objektif untuk menemukan adanay hambatan jalan nafas GINA, Kondisi sumber daya kurang 19 Pada kondisi sumber daya kurang, perlu dipertajam lagi proses penggalian gejala.
Usia tahun a. Sindrom batuk kronik saluran nafas atas b. Inhalasi benda asing c. Diskinesia silier primer e.
ASMA GINA 2016
Penyakit jantung kongenital f. Disfungsi pita suara c. Hiperventilasi, pernafasan disfungsional d. Penyakit jantung kongenital g.
Defisiensi alfa-1 antitripsin h. Inhalasi benda asing 3. Usia 40 tahun ke atas a.